Brace Ricky Ricardo Cawor Bawa Papua Juara Sepak Bola PON XX |
Brace Ricky Ricardo Cawor Bawa Papua Juara Sepak Bola PON XX Posted: 14 Oct 2021 10:14 AM PDT JAYAPURA,LELEMUKU.COM — Brace Ricky Ricardo Cawor mengantarkan tim sepak bola putra Papua meraih medali emas pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) XX 2021. Di partai final yang berlangsung di Stadion Mandala Jayapura, Kamis (14/10/2021), tuan rumah sukses menekuk anak-anak Bumi Rencong dengan skor 2-0. Dua gol diborong Ricky tercipta pada menit ke-5 melalui titik putih, kemudian gol kedua solo run pada menit 23. Kemenangan ini membuat Papua melengkapi target Asprov PSSI Papua dengan tiga medali emas, mengikuti sepak bola putri d an futsal. Torehan ini juga membuat Papua sudah tiga kali meraih medali emas di ajang PON. Sebelumnya, Papua juga pernah menorehkan prestasi yang sama saat PON XIII 1993 di Jakarta. Kala itu, Papua juga mengalahkan Aceh dengan skor 6-3. Kemudian, medali emas kedua didapatkan anak-anak Bumi Cenderawasih saat PON XVI 2004. Hasil ini juga membuat Papua menjadi tuan rumah keenam yang mampu menjadi juara di rumah sendiri. Selain itu, dua tambahan gol Ricky juga menobatkan dirinya sebagai top skor PON XX 2021 dengan 11 gol, dan melampaui catatan rekor dari Boaz Solossa dengan 10 golnya pada PON Palembang, 2024. Sesuai dengan prediksi, laga final berjalan sangat sengit. Kedua tim mempertontonkan pertandingan yang menarik. Aceh yang biasanya bermain bertahan juga meladeni permainan tuan rumah dengan jual beli serangan. Sayangnya, petaka menghampiri Aceh ketika pertandingan baru berjalan 5 menit. Salah satu pemain Aceh kedapatan melakukan handball di dalam kotak 16, Fariq Hitaba yang memimpin jalannya pertandingan pun menunjuk titik putih. Kapten sepakbola Papua, Ricky Cawor yang ditunjuk sebagai algojo pun menjalankan tugasnya dengan baik dan membawa Papua unggul 1-0. Dalam posisi tertinggal, Aceh kian gencar melakukan serangan. Namun rapatnya lini pertahan tuan rumah membuat Aceh tidak leluasa untuk menembus pertahanan Papua. Namun Ricky benar-benar menjadi pembeda dalam pertandingan ini. Ia kembali mencatatkan namanya untuk kedua kalinya di papan skor pada menit 23 untuk membawa Papua kembali unggul 2-0 setelah melepaskan sepakan dari luar kotak penalti. Aceh yang terus berusaha untuk memangkas jarak selalu menemui jalan buntu. Aceh juga terlihat kewalahan meladeni permainan cepat dari Ricky Cawor dan kolega. Meski kedua tim saling jual beli serangan pada menit akhir babak pertama, namun skor 2-0 tetap bertahan hingga turun minum. Dari ruang ganti, tempo permainan kedua tim tidak berubah. Aceh yang belum buang handuk tampil lebih ngotot. Tapi pekerjaan Aceh kian berat setelah salah satu pemainnya Muharrir mendapatkan kartu kuning kedua pada menit 63. Papua yang unggul jumlah pemain kian menggila dan mengurung pertahanan Aceh pada 20 menit terakhir laga. Pemain Papua beberapa kali menciptakan peluang, namun tidak merubah kedudukan 2-0 hingga bubaran. Pelatih kepala Sepakbola Papua, Eduard Ivakdalam mengatakan timnya memang sangat layak menjadi juara pada ajang PON di tanah sendiri. Sejak awal, ia optimis anak asuhnya meraih juara. "Sejak awal saya sudah sampaikan kepada pemain, bahwa tim saya bentuk untuk menjadi yang terbaik. Kemenangan ini juga tidak lepas dari pertolongan Tuhan. Dengan jangka waktu sehari saja istirahat tapi pemain tampil sangat baik dengan penuh motivasi," tutur Edu saat ditemui usai pertandingan. "Seluruh pengalaman saya sudah curahkan semua kepada tim ini, sehingga kita masuk pertandingan saya tidak ragu sama sekali. Dan masyarakat juga bisa melihat sendiri dari tujuh game yang kami jalani, semua pemain tampil baik. Dan kami juga memenuhi target yang diberikan oleh Asprov PSSI Papua," tutur Edu. Sementara itu, pelatih kepala sepak bola Aceh, Fachri Husaini mengaku pemainnya sudah tampil baik. Hanya saja, bermain 10 pemain pada awal babak kedua membuat mereka kesulitan untuk mengimbangi permainan tuan rumah. "Kami harus bermain 10 pemain, tapi apa yang pemain perlihatkan bahwa tim ini punya semangat yang luar biasa. Kami hanya bisa mempersembahkan medali perak dan tentu ini sedikit meleset apa yang kami harapkan. Apapun itu, saya menghargai perjuangan mereka dalam pertandingan meski bermain 10 pemain," tegas Husaini. (HumasPONXXEryck/Gusty Masan Raya) |
Atlet Tarung Derajat, Roberto Asso Penyumbang Emas Papua Usai Kalahkan Raja KO Posted: 14 Oct 2021 02:12 AM PDT TIMIKA, LELEMUKU.COM - Pukulan melingkar dalam yang digunakan Roberto Asso pada Laga Finalnya melawan petarung Aceh, Kandar Hasan di kategori putra Kelas 70,1-75 Kg Cabang Olahraga Tarung Derajat, diyakininya bagian dari jamahan Tuhan bagi dirinya untuk menumbangkan raja KO Tarung Derajat asal Aceh itu di PON XX Papua yang digelar di GSG Eme Neme Yauware, Selasa lalu (12/10/2021). "Saya yakin itu bantuan Tuhan karena sebelum bertanding itu, Pelatih Maker kasih tahu saya bahwa 'Kau ini penentu buat kita Papua Juara Umum'. Jadi saat itu saya berdoa,"Tuhan jika Tuhan ijinkan, maka saya akan menangkan pertarungan ini. Saat itu yang ada dalam pikiran saya adalah bagaimana saya bisa mengambil peluang dalam menghadapi lawan yang sangat senior dari saya itu. Dia itu Raja KO di Tarung Derajat tapi Puji Tuhan karena Tuhanlah yang telah memampukan saya untuk menumbangkan dia di Final PON XX Papua ini," cerita Roberto Asso memulai wawancara yang kami lakukan. Dirinya mengaku mulai berlatih serius Tarung Derajat sejak 2018 silam. Sosok anak tertua dari pasangan Bapak Yano Asso dan Mama Lusia Lokobal kelahiran Wamena, 10 Januari 1999 ini bertutur banyak hal ihwal dirinya saat dijumpai Tim Humas PPM PON XX Papua Sub Klaster Mimika di Kuala Kencana Mimika, Kamis (14/10/2021). Mulai menekuni Cabor Tarung Derajat sejak 2018, Roberto Asso mengaku aslinya dimulai dari latihan Pencak Silat sejak Tahun 2015 saat masih duduk di SMA Taruna Bhakti Waena. Saat itu kebertulan ada Pelatih Cabor Wushu yang datang ke SMA Taruna Bhakti mencari bibit Atlet Cabor Wushu di kelas 75 Kg. "Kebetulan saat itu hanya saya saja yang beratnya pas di 75 Kg, jadi ya sudah saya dipanggil ke KONI untuk mendaftarkan nama. Jadi saya dari Silat pindah ke Wushu. Saat itu saya dipersiapkan untuk mengikuti PON XIX di Jawa Barat Tahun 2018. Tapi saat itu saya tidak jadi diikutkan,"ujarnya mengenang. Setelah itu, dirinya dipanggil untuk persiapan PON XX di tahun 2019 oleh Pelatih Cabor Wushu, Soebadio dan sempat juga diikutkan pada Kejurnas Wushu di DI Yogyakarta tahun 2018 itu. "Dan di akhir tahun itu juga saya harus kembali ke Papua karena persoalan miss komunikasi dengan Tim Wushu Papua saat itu,"akunya. Saat kembali ke Papua di tahun 2018 akhir itulah, Roberto Asso atas saran seniornya yang juga adalah Sekertaris Umum KONI Papua Kenius Kogoya dan salah satu Official Cabor Tarung Derajat Athenus Wenda. Akhirnya Robert sapaan akrabnya mulai menekuni Cabor Tarung Derajat dalam bimbingan Pelatih Manu Maker dan diterima sebagai salah satu Atlet Tarung Derajat. "Jadi dari November 2018 itulah, saya mulai mengikuti latihan Cabor Tarung Derajat ini dalam proses Training Center (TC) berjalan dan belum terpusat. Kami latihan sederhana saja di rumahnya Bapak Pelatih di Kotaraja dan saya tetap tekuni. Setiap hari dari Perumnas II Waena saya harus latihan ke Kotaraja setiap sore,"kisahnya mengenang. Saat disinggung soal apakah yang ada didalam. Benaknya saat menumbangkan si Raja KO Tarung Derajat asal Provinsi Aceh, Roberth yang saat ini berusia 23 tahun kembali menuturkan, saat itu yang ada dipikirannya apa yang sudah disampaikan sang pelatih bahwa, Roberto dalam pertandingan Final ini, kalau kau berhasil dapat Emas itu berarti Papua sudah Juara Umum. "Saya jadi tolak ukur, kalau saya kalah berarti Bali dapat Juara Umum. Saat itulah saya bicara dalam hati kepada Tuhan, "Ya Tuhan kalau memang Tuhan ijinkan saya mewakili tuan rumah jadi Juara berarti sebentar saya akan buktikan,"ulangnya. Dengan kepercayaan itulah dirinya masuk ke arena pertandingan. "Saya lihat saya punya lawan ini juga senior dan kita tahu kalau dia ini sering menang dengan KO terus. Jadi saya masuk itu saya sudah tau dia pu gaya main. Saya mau rapat tapi dia lebih lincah di kaki. Sedangkan kita orang Papua ini kan saya rasa basic kita itu ada di tangan,"bebernya. Ada Jamahan Tangan Tuhan Roberto mengisahkan bahwa lawannya sepertinya sudah mengetahui gerakannya setiap hendak melakukan perlawanan. "Saya mau rapat, dia sepertinya sudah tahu kalau saya ini basicnya tangan, jadi dia jaga juga. Saya menjauh, tapi dia kakinya lincah juga. Nah, pas saya lihat dia mau masuk serang saya dan saya juga sudah terpojok. Maka begitu dia masukkan tendangan saya lihat dia lengah dan saya manfaatkan Pukulan Lingkar Dalam dan pas mengenai rahang kirinya yang sekaligus menjatuhkannya,"bebernya tentang teknik perlawanannya menghadapi petarung dari provinsi berjuluk Serambi Mekkah itu. Dirinya bersyukur kepada Tuhan yang sudah menolongnya menyelesaikan pertandingan Final itu dan memberikan kesempatan Papua Juara Umum untuk Tarung Derajat ini. Meski begitu, Roberto merendah mengakui kalau sebelumnya, sang petarung Aceh itu memang sudah melemahkannya dengan serangan pada bagian kemaluan dan bagian belakang kepala Roberto Asso juga. "Jadi saya juga sebenarnya sudah melemah, tapi Tuhan memang berkehendak lain bahwa saya harus menangkan pertandingan dan Papua harus juara umum Tarung Derajat ini," katanya wajah berseri. Menyikapi kemenangan perdananya di Final Tarung Derajat Kelas 70, 1-75 Kg PON XX Papua di klaster Mimika ini, Roberto menyatakan diri kesiapannya untuk terus berkarier di Cabor Tarung Derajat demi keharuman nama Papua. "Kemarin usai pertandingan itu juga, Sang Guru Badai sempat bertemu dan sampaikan ke saya untuk tetap tekun berlatih. Karena dalam waktu dekat juga akan ada Sea Games di Bali maupun Asian Games di Vietnam. Jadi mereka berharap itu. Mungkin akan dipanggil dan saya selalu akan siap saja untuk terus berlatih dan mendengarkan apapun arahan pelatih dan pengurus soal semua informasi rencana itu,"tuturnya panjang lebar. Sementara rencananya terkait dengan janji rangsangan bonus prestasi yang sudah dijanjikan Gubernur Lukas Enembe, Roberto mengucap syukur jika Gubernur memang memberikan itu. "Maka pertama memang saya pikir untuk memberikan kepada Gereja dan Tuhan itu harus dan sisanya untuk ucapan syukur membantu memperbaiki rumah orangtua dan juga bantuan bagi adik-adik yang masih sekolah. Saya juga ada rencana untuk bangun usaha," ungkapnya. Baginya Cabor Tarung Derajat sudah menjadi bagian dalam kehidupannya, sehingga kepada sesama rekan atlet dirinya juga mengingatkan hidup ini terus berputar, jadi jangan pernah putus asa. "Apa yang selalu sudah diajarkan Bapa Manu Maker selaku pelatih agar kita harus bisa selalu rendah hati, terima apa adanya dan tidak boleh pernah mengeluh, itu sangat penting. Hari ini saya ada diatas, tapi suatu saat ada rekan-rekan lain yang juga bisa berada di puncak kariernya. Kita semua harus terus berjuang dan tentu saja dengan berdoa selalu," tuturnya mengakhiri perbincangan. Roberto Asso memang layak diacungi jempol karena selain menjadi penentu akhir Papua sebagai Juara Umum Cabor Tarung Derajat dalam PON XX di Klaster Mimika, Usianya masih bisa lebih berkarir dan memiliki semangat tangguh layaknya Petarung yang diam bukan berarti mudah ditaklukkan. Sukses buat Roberto Asso sukses buat Cabor Tarung Derajat Papua. (HumasPONXX|Sam Nussy/ode) |
You are subscribed to email updates from #Lelemuku. To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google, 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States |